Kamis, 01 Maret 2018

Bambang Legislator Ngawi Sorot Pendidikan Karakter Masih Minim, Salah Siapa ?


NGAWI. Bambang Sri Saloko anggota Komisi II DPRD Kabupaten Ngawi menilai penerapan terhadap pendidikan karakter pada remaja yang notabene pelajar lingkup pendidikan di Indonesia secara umum belum berhasil. Karena masih banyak ditemukan kasus yang berhubungan dengan kenakalan remaja seperti halnya di wilayah Ngawi, Jawa Timur.

“Pendidikan karakter keberadaanya memang sangat komplek. Seperti di Ngawi saja untuk sekarang ini sudah berapa banyak kasus yang menyeret pelajar. Mereka masuk dalam lingkaran kenakalan remaja yang berakhir pada penyalahgunaan narkoba maupun sex bebas dan ini sebagai salah satu indikator jika pendidikan karakter di sekolah porsinya kurang,” terang Bambang Sri Saloko, Kamis (01/03).

Bambang legislator dari PDIP Dapil IV (Paron-Kedunggalar) hasil Pemilu 2014 lalu menandaskan, merujuk dari kenakalan remaja dari tahun ke tahun terus meningkat pihaknya tidak serta merta menyudutkan satu sisi atau pihak yang berkompeten. Harus ada langkah yang lebih kongkrit lagi untuk melakukan pencegahan sejak dini.

Pertama, peran orang tua dalam melakukan pengawasan terhadap perilaku si anak sebagai barang wajib. Orang tua harus peka setiap perilaku maupun perubahan pada anak bukan membatasi ataupun cara bergaul dengan lingkungan atau teman sebaya (Over Protektif). Selain itu hadirnya orang tua dirumah menjadi multi fungsi bagi anak, berikan pemahaman  cara bersosialisasi dengan pihak lain demikian juga tentang bahaya dan resiko dari kenakalan remaja untuk dikemudian hari.

Kedua, lembaga pendidikan (sekolah-red) harus memberikan porsi lebih besar terhadap penguatan pendidikan karakter kepada peserta didik. Mengingat selama ini disadari atau tidak di lembaga pendidikan secara umum masih fokus terhadap pendidikan akademis daripada pendidikan spiritual. Sekolah wajib memberikan pendidikan agama yang cukup mungkin bisa dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler.

“Dan paling penting sebenarnya selaras dengan perubahan teknologi super cepat di jaman now ini adalah tingkat keimanan anak harus digembleng sedemikian rupa. Selain itu pendidikan empat pilar kebangsaan yang didalamnya ada pemahaman tentang Pancasila dan UUD 1945 porsinya harus ditambah. Jika itu berhasil dilakukan saya yakin visi pembangunan nasional mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila akan dicapai,” beber Bambang.

Sebagai wakil rakyat, Bambang mengisyaratkan perilaku remaja/anak di jaman now juga tidak lepas dari peran lingkungan. Secara holistik peran dan hadirnya orang tua, guru di bangku sekolah dan lingkungan sebagai satu kesatuan dalam pembentukan karakter remaja. Untuk lingkup desa misalkan, ia mengharapkan peran komunitas remaja atau kepemudaan harus dimaksimalkan lagi.

“Pemberdayaan kepemudaan untuk lingkup desa memang dioptimalkan lagi apakah itu dalam wadah karang taruna maupun lainya. Berikan mereka kegiatan dengan demikian rasa kegotong royongan itu mulai terbangun lagi pada generasi kita. Ingat, sekarang ini jujur saja sikap gotong royong mulai memudar mereka seolah tersentralistik dan rasa kebersamaan itu mulai hilang,” pungkas Bambang Sri Saloko. (pr/e*)

  

SHARE THIS

Author:

Facebook Comment

0 komentar: