NGAWI. Bambang Sri Saloko anggota Komisi
II DPRD Kabupaten Ngawi menilai penerapan terhadap pendidikan karakter pada
remaja yang notabene pelajar lingkup pendidikan di Indonesia secara umum belum
berhasil. Karena masih banyak ditemukan kasus yang berhubungan dengan kenakalan
remaja seperti halnya di wilayah Ngawi, Jawa Timur.
“Pendidikan karakter keberadaanya memang
sangat komplek. Seperti di Ngawi saja untuk sekarang ini sudah berapa banyak
kasus yang menyeret pelajar. Mereka masuk dalam lingkaran kenakalan remaja yang
berakhir pada penyalahgunaan narkoba maupun sex bebas dan ini sebagai salah
satu indikator jika pendidikan karakter di sekolah porsinya kurang,” terang
Bambang Sri Saloko, Kamis (01/03).
Bambang legislator dari PDIP Dapil IV (Paron-Kedunggalar)
hasil Pemilu 2014 lalu menandaskan, merujuk dari kenakalan remaja dari tahun ke
tahun terus meningkat pihaknya tidak serta merta menyudutkan satu sisi atau
pihak yang berkompeten. Harus ada langkah yang lebih kongkrit lagi untuk
melakukan pencegahan sejak dini.
Pertama, peran orang tua dalam melakukan
pengawasan terhadap perilaku si anak sebagai barang wajib. Orang tua harus peka
setiap perilaku maupun perubahan pada anak bukan membatasi ataupun cara bergaul
dengan lingkungan atau teman sebaya (Over Protektif). Selain itu hadirnya orang
tua dirumah menjadi multi fungsi bagi anak, berikan pemahaman cara bersosialisasi dengan pihak lain
demikian juga tentang bahaya dan resiko dari kenakalan remaja untuk dikemudian
hari.
Kedua, lembaga pendidikan (sekolah-red)
harus memberikan porsi lebih besar terhadap penguatan pendidikan karakter
kepada peserta didik. Mengingat selama ini disadari atau tidak di lembaga
pendidikan secara umum masih fokus terhadap pendidikan akademis daripada
pendidikan spiritual. Sekolah wajib memberikan pendidikan agama yang cukup
mungkin bisa dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
“Dan paling penting sebenarnya selaras
dengan perubahan teknologi super cepat di jaman now ini adalah tingkat keimanan
anak harus digembleng sedemikian rupa. Selain itu pendidikan empat pilar
kebangsaan yang didalamnya ada pemahaman tentang Pancasila dan UUD 1945
porsinya harus ditambah. Jika itu berhasil dilakukan saya yakin visi
pembangunan nasional mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila akan dicapai,” beber
Bambang.
Sebagai wakil rakyat, Bambang
mengisyaratkan perilaku remaja/anak di jaman now juga tidak lepas dari peran
lingkungan. Secara holistik peran dan hadirnya orang tua, guru di bangku
sekolah dan lingkungan sebagai satu kesatuan dalam pembentukan karakter remaja.
Untuk lingkup desa misalkan, ia mengharapkan peran komunitas remaja atau
kepemudaan harus dimaksimalkan lagi.
“Pemberdayaan kepemudaan untuk lingkup
desa memang dioptimalkan lagi apakah itu dalam wadah karang taruna maupun
lainya. Berikan mereka kegiatan dengan demikian rasa kegotong royongan itu
mulai terbangun lagi pada generasi kita. Ingat, sekarang ini jujur saja sikap
gotong royong mulai memudar mereka seolah tersentralistik dan rasa kebersamaan
itu mulai hilang,” pungkas Bambang Sri Saloko. (pr/e*)
0 komentar: