Sabtu, 29 September 2018

Di Ngawi Panggung Prajurit TNI-Polri Ciptakan Situasi ‘Adem’ Jelang Pesta Demokrasi

Di Ngawi Panggung Prajurit TNI-Polri Ciptakan Situasi ‘Adem’ Jelang Pesta Demokrasi


SIGAPNGAWI || Antara TNI dan Polri harus saling memperkuat soliditas dan sinergitas agar dapat mewujudkan Pemilu maupun Pilpres 2019 yang aman, lancar, dan damai. Demikian ditegaskan Wakapolres Ngawi Kompol Hartono saat menghadiri pentas Panggung Prajurit dilapangan Kecamatan Pangkur, Ngawi, Sabtu, (28/09).
Namun demikian, kembali Wakapolres Ngawi menyampaikan, agar TNI dan Polri tetap menjaga netralitas serta menghindari tindakan yang dapat menciderai netralitas TNI dan Polri dalam penyelenggaraan setiap tahapan Pemilu maupun Pilpres itu sendiri.

“Kedepankan langkah proaktif dengan mengoptimalkan deteksi dini guna mengetahui dinamika yang berkembang. Untuk selanjutnya dilaksanakan upaya pencegahan dan penanganan secara dini. Sehingga pesta demokrasi tersebut akan berlangsung adem,” terang Wakapolres Ngawi Kompol Hartono.
Dia mengatakan, untuk mengantisipasi berbagai kerawanan yang muncul dalam pelaksanaan Pemilu, akan dilakukan penyusunan rencana pengamanan secara detail dan pelaksanakan pelatihan pada setiap tahapan pengamanan. Termasuk dalam menghadapi situasi kontinjensi.
Pada kesempatan tersebut turut hadir Camat Pangkur Hastomo dan beberapa pejabat penting dilingkup Kodim 0805 Ngawi dengan hiburan musik  dangdut dengan OM Lagista bintang tamu Nella Karisma. (pr)



Rawannya KM 04-05 Ring Road Ngawi Dua Bulan 7 Nyawa Melayang

Rawannya KM 04-05 Ring Road Ngawi Dua Bulan 7 Nyawa Melayang


SIGAPNGAWI || Masih segar dalam ingatan tepatnya Jum’at malam tanggal 03 Agustus 2018 lalu di jalur ring road Ngawi atau Jalan Soekarno-Hatta kilometer 04-05 masuk Desa Beran, Kecamatan Ngawi Kota, Ngawi. Dilokasi ini tercatat ada lima nyawa melayang dalam waktu satu malam akibat dua kejadian kecelakaan lalu-lintas.
Diketahui saat itu, sekitar pukul 19.30 WIB pada, Jum’at (03/08), korbanya dua orang kakak adik meninggal dan tabrakan kedua terjadi beberapa jam kemudian sekitar pukul 02.15 WIB pada Sabtu (04/08), korbanya malah tiga orang pemuda meninggal langsung dilokasi.
Dan dipenghujung September 2018 ini lagi-lagi kecelakaan lalu-lintas terjadi lagi dan penyebabnya pun hampir sama dilokasi yang sama pada Sabtu, (28/09), pukul 20.30 WIB. Kali ini dua orang korban yang tewas tersebut tercatat sebagai warga Desa Tempuran, Kecamatan Paron, Ngawi. Masing-masing korban atas nama Andri Veri Fandi umur 30 tahun dan Iput Hartanto umur 34 tahun.

Menanggapi kondisi semacam itu Kasatlantas Polres Ngawi AKP Yanto Mulyanto kepada awak media membeberkan, penyebab kecelakaan diperlintasan ring road Ngawi mayoritas diakibatkan human error. Para pengendara motor merasa diwilayah tersebut sebagai jalur yang lurus sehingga asal tancap gas.

“Memang jalurnya itu lurus ya demikian juga penerangan jalan cukup. Dari situlah kemungkinan pengendara akan lalai dan menyebabkan kecelakaan,” terang AKP Yanto Mulyanto, Minggu, (29/09).

Dengan kejadian laka yang kerap menimbukkan korban jiwa beber Kasatlantas Polres Ngawi akan melakukan evaluasi. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dilokasi yang sama setidaknya akan memasang papan peringatan sebagai daerah rawan kecelakaan lalu-lintas. (pr)





Terlibat Laka Karambol Dua Pengendara Tewas Di Jalur Ring Road Ngawi

Terlibat Laka Karambol Dua Pengendara Tewas Di Jalur Ring Road Ngawi


SIGAPNGAWI || Dua orang dinyatakan tewas dilokasi kejadian setelah terlibat kecelakaan karambol melibatkan tiga kendaraan sekaligus di Jalur Ring Road atau Jalan Soekarno-Hatta Ngawi kilometer 04-05 dan tepatnya timur café karaoke Hokky pukul 20.30 WIB pada Sabtu, (29/09).

Dua orang korban yang tewas tersebut tercatat sebagai warga Desa Tempuran, Kecamatan Paron, Ngawi. Masing-masing korban atas nama Andri Veri Fandi umur 30 tahun dan Iput Hartanto umur 34 tahun.

Kecelakaan tragis itu bermula kedua korban tanpa memakai helm berboncengan mengendarai sepeda motor jenis Suzuki Shogun nopol AE 3822 MI dari arah timur ke barat. Dan searah didepanya berjalan Bus Sugeng Rahayu nopol W 9682 UZ yang dikemudikan Rahmad Budiono umur 30 tahun warga Desa Jalen, Kecamatan Balon, Ponorogo.

Lalu, disisi jalan sebelah utara dari barat ke timur Achmad Sobirin usia 18 tahun warga Desa Mangunharjo, Kecamatan Ngawi Kota, Ngawi tengah menuntun dengan jalan kaki sepeda motor miliknya jenis Honda CB150R nopol AE 5305 LU.
                                                                                          
Dari keterangan saksi mata disekitar lokasi kejadian menjelaskan, pengendara sepeda motor Suzuki Shogun mendahului Bus Sugeng Rahayu dari sisi jalan sebelah kiri kemudian langsung belok kearah kanan. Karena jarak terlalu dekat langsung terjadi tabrak depan samping kanan dengan Bus Sugeng Rahayu kemudian pengemudi bus banting stir ke kanan malah mengenai sepeda motor Honda CB150R.

Dari kejadian ini dua orang yang berboncengan sepeda motor Suzuki Shogun langsung tewas dilokasi kejadian dengan luka cukup mengenaskan dibagian kepala. Jenasah kedua korban langsung dievakuasi ke kamar mayat RSUD dr Soeroto Ngawi dan Achmad Sobirin yang mengalami luka ringan dilarikan ke RS Widodo Ngawi. (pr)



Jumat, 28 September 2018

Polsek Karangjati Buru Bandit Modus Pecah Kaca Mobil

Polsek Karangjati Buru Bandit Modus Pecah Kaca Mobil




SIGAPNGAWI || Aparat Polsek Karangjati memburu bandit sebagai pelaku pencurian dengan pemberatan modus pecah kaca mobil yang terjadi diwilayah hukumnya. Menyusul adanya laporan dari korban atas nama Bulkis Hani Restu Luhur perempuan 47 tahun berstatus PNS asal Desa Jururejo, Kecamatan Ngawi Kota, Ngawi.

Dalam laporan korban ke Mapolsek Karangjati pada Kamis lalu, (27/09), sekitar pukul 13.00 WIB kehilangan beberapa barang berharga senilai total Rp 3,2 juta yang ditaruh didalam mobilnya jenis Daihatsu Terios warna putih nopol AE 1934 FN. Disebutkan saat kejadian, korban bersama rekanya tengah makan siang di RM Mitra dipinggir Jalan Raya Ngawi-Caruban masuk Desa Sidokerto, Kecamatan Karangjati, Ngawi.

“Saat itu korban melihat ada dua orang berboncengan dengan mengendarai sepeda motor jenis Yamaha Vixion. Habis itu korban melihat kaca mobil belakangnya sudah pecah,” terang Kapolsek Karangjati AKP Suparman, Jum’at, (28/09).

Dengan kejadian itu ia terus memeriksa saksi-saksi disekitar lokasi kejadian untuk mengindentifikasi dan memburu pelaku. AKP Suparman mengharap kepada masyarakat untuk ekstra waspada terhadap orang yang tidak kenal yang sekiranya akan berbuat kejahatan. (pr)


Rabu, 26 September 2018

Terkait LADK Semua Parpol Peserta Pemilu 2019 Clear di KPU Ngawi

Terkait LADK Semua Parpol Peserta Pemilu 2019 Clear di KPU Ngawi


SIGAPNGAWI || Pasca penetapan daftar calon tetap (DCT) pada 20 September 2018 lalu. Kini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ngawi mengakui semua partai politik (parpol) peserta Pemilu 2019 yang ada diwilayahnya telah menyerahkan semua berkas laporan awal dana kampanye (LADK). Syamsul Watoni Ketua KPU Ngawi melalui selular mengatakan, 16 parpol sesuai jadwal akhir  sudah menyerahkan LADK ke KPU Ngawi pada 23 September 2018.

“Pelaporan dana kampanye tidak ada masalah dan kendala. Artinya semua parpol sudah menyerahkan laporan itu kepada KPU Ngawi,” beber Syamsul Watoni, Selasa, (25/09).

Selanjutnya laporan tersebut akan diverifikasi dan apabila ada yang belum lengkap masih dapat diperbaiki hingga lima hari ke depan. Terkait besaran dana kampanye masing-masing parpol, Toni mengaku belum bisa menyampaikannya saat ini. Pemberitahuan terkait besaran baru dapat disampaikan setelah masa akhir perbaikan LADK telah selesai.

Terpisah, Siswanto Bendara Umum DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ngawi kepada awal media menjelaskan, LADK pada prinsipnya berangkat dari besaran dana kampanye masing-masing individu calon legislative (caleg). Dan kemudian dikumpulkan jadi satu atas nama parpol. 

Untuk DPD PKS Ngawi telah melaporkan LADK sebelum jatuh tempo dengan total Rp 80 juta dari 43 caleg yang tercatat dari 6 daerah pemilihan (dapil) di Ngawi. Kata Siswanto, mengacu Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu untuk PKS mentaati semua mekanisme yang digariskan oleh KPU. Termasuk laporan dana kampanye ke dua sekitar Januari 2019 mendatang. (pr)




Senin, 24 September 2018

Ratusan K-2 Ngawi Demo Tuntut Penerimaan CPNS 2018 Di Cabut

Ratusan K-2 Ngawi Demo Tuntut Penerimaan CPNS 2018 Di Cabut


SIGAPNGAWI.COM - Ratusan tenaga honorer kategori-2 (K-2) Ngawi, Jawa Timur yang mayoritas sebagai tenaga pendidik melakukan aksi demo didepan kantor Pemkab Ngawi menuntut sistim penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) tahun 2018 dicabut, Selasa, (25/09). Tuntutan para K-2 ini dilakukan dengan aksi damai meskipun sambil membawa spanduk bertuliskan tuntutan nasibnya diperjelas oleh pemerintah.

Akhirnya sekitar 12 orang K-2 diterima disalah satu ruang pertemuan kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Ngawi. Dalam tuntutanya, koordinator aksi K-2 Ngawi Didik Kuntono mengatakan, pihaknya ingin penerimaan CPNS 2018 dicabut dan dibatalkan. Mengingat regulasi didalamnya sangat mencederai para tenaga K-2 itu sendiri yang sudah mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik puluhan tahun.

“Kami hari ini melakukan aksi damai dalam bentuk hearing dengan BKPP Ngawi. Pada poinya meminta kepada pemerintah dan bahkan presiden untuk mencabut penerimaan CPNS,” terang Didik Kuntono koordinator aksi K-2 Ngawi, Selasa, (25/09).


Pasalnya, dalam sesuai Permen PAN-RB Nomor 36 Tahun 2018, tenaga K-2 yang bisa diangkat sebagai aparatur sipil negara (ASN) usia maksimal 35 tahun terhitung per 1 Agustus 2018. Apabila syarat itu mutlak dipaksakan nasib 271 orang K-2 Ngawi banyak yang gugur atau rontok ditengah jalan akibat usia. Jalan satu-satunya semua tenaga K-2 yang ada di wilayah Ngawi harus diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) tanpa ujian atau tes. 

Menanggapi aksi tersebut, Yulianto Kusprasetyo Kepala BKPP Ngawi membenarkan, melalui perwakilan tenaga K-2 menolak rekrutmen CPNS 2018 dengan alasan banyak aturan yang sepihak tanpa melihat latar belakang K-2 sebelumnya. Dan meminta semua tenaga K-2 untuk segera diangkat menjadi PNS tanpa syarat apapun termasuk mekanisme tes.

“Tadi sudah saya jelaskan dengan gamblang mekanisme K-2 dan apapun tuntutanya mereka akan kita tindaklanjuti,” ungkap Yulianto.

Untuk mencabut rekrutmen CPNS 2018 dengan formasi 420 kursi untuk Ngawi sesuai jatah dari Badan Kepegawaian Nasional (BKN) jelas tidak mungkin dilakukan. Ia pun memastikan rekrutmen penerimaan calon abdi Negara tersebut akan terus berjalan sesuai mekanismenya. Solusinya terhadap K-2 adalah sesuai instruksi pemerintah pusat akan diangkat menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K).

“Solusinya mereka akan diangkat menjadi tenaga P3K. Dan sistim untuk merekrut mereka kedalamnya sejauh ini masih menunggu peraturan pemerintah yang belum terbit,” pungkas Yulianto. (pr)
 
 
 
Ganti Langse Satu Potret Kerukunan Pendekar Silat

Ganti Langse Satu Potret Kerukunan Pendekar Silat


SIGAPNGAWI || Ritual Ganti Langse di Palenggahan Agung Srigati setidaknya ada satu catatan positif yang patut diambil hikmahnya. Bentuk prosesi budaya religi tersebut selama dua tahun terakhir dikemas berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kini, kemasanya pun lebih spetakuler didukung dengan pawai tiga gunungan mengandung filosofi sebagai sedekah bumi berisi sayur mayur dan hasil pertanian.
Kirab Ganti Langse yang digelar pada Senin, (24/09), melibatkan ratusan pendekar silat dari dua perguruan antara lain PSHT dan IKS PI. Dari awal start mereka terlihat guyub rukun bersama mengarak tiga gunungan sejauh tiga kilometer hingga dilokasi Pelenggahan Agung Srigati Alas Ketonggo masuk Desa Babadan, Kecamatan Paron, Ngawi.
“Alhamdulilah Ganti Langse ini sekaligus sebagai ajang untuk bersilaturahmi dengan saudara kita dari beberapa perguruan silat tadi. Mereka terlihat adem dan guyub rukun seperti inilah yang kita harapkan,” terang Dwi Rianto Jatmiko sesepuh PSHT sekaligus Ketua DPRD Ngawi, Senin, (24/09).
Hal yang sama juga diungkapkan Bupati Ngawi Budi Sulistyono menurutnya, Ganti Langse yang sudah mentradisi bisa menjadi wadah untuk menjaga kerukunan antar perguruan silat di Ngawi. Budaya seperti itulah harus dipertahankan terus dan bisa menjadi contoh positif untuk daerah lain yang kerap bersinggungan.
“Iya kerukunan seperti ini yang kita harapkan. Kalau didaerah lain ada gesekan antar perguruan silat kalau di Ngawi kita buat yang adem dan rukun,” jelasnya. (pr)



Minggu, 23 September 2018

Apa Itu Ganti Langse Di Alas Ketonggo Srigati ?

Apa Itu Ganti Langse Di Alas Ketonggo Srigati ?



SIGAPNGAWI || Ganti Langse atau adat budaya berupa ganti selambu mori putih yang difungsikan sebagai penutup Palenggahan Agung Srigati di Alas Ketonggo, Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, sebagai tradisi tahunan setiap bulan Muharam/Suro. Satu ritual tradisi yang sarat magis tersebut digelar secara khidmat penuh penghayatan diawali dengan penyerahan kain selambu mori warna putih bersih sepanjang 15 meter.


Selambu mori itu diserahkan oleh Suyitno selaku juru kunci Alas Ketonggo kepada Bupati Ngawi Budi Sulistyono dan diserahkan kembali ke Kepala Desa (Kades) Babadan Joko Setiyono didampingi para pejabat setempat, Senin, (24/09). Prosesi penyerahan selambu mori sendiri diiringi sebuah Tari Srigati yang dilakukan 8 penari yang masih gadis/perawan agar tercipta tari yang indah, luwes dan anggun pada saat prosesi tradisi dilakukan.


Menyusul acara yang paling ditunggu-tunggu yakni Ganti Langse dilakukan oleh para tokoh masyarakat dalam hal ini para perangkat Desa Babadan kurang lebih selama 15 menit. Kemudian Langse/mori yang sudah diganti diserahkan kembali kepada Suyitno selaku juru kunci Palenggahan Agung Srigati untuk dibagikan kepada warga masyarakat yang membutuhkan.
Ritual selanjutnya berupa bancaan atau biasa dikenal dengan kalimat slametan yang merupakan persembahan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dipimpin pemangku adat setempat. Dalam slametan ini dihidangkan berbagai makanan dan jajanan pasar. Untuk makananya dimulai tumpeng, urap-urap, bubur sengkolo, bubur merah putih, serta aneka ragam polo pendem. 


Sedangkan jajanan pasar ada tujuh jenis yang mewakili filosofi sebuah harapan pitulungan atau pertolongan yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Urap-urap memiliki simbol membahur atau bersatu padu serta menjadi manusia yang bermanfaat antara satu dengan yang lain.


Uniknya lagi bicara soal Langse/mori putih yang diambil dari Palenggahan Agung Srigati yang sudah tidak terpakai itupun boleh dikatakan menjadi barang kramat atau mempunyai tuah tersendiri. Terbukti, kurang dari 30 menit Langse/mori sepanjang 15 meter itu sudah habis dibagikan kepada warga dari berbagai daerah dengan cara dipotong-potong oleh para pemangku Palenggahan Agung Srigati. 


Usutpun jadi, menurut seorang pengunjung asal Solo Jawa Tengah mengaku kain Langse/mori yang baru dia dapat sangat dipercaya mampu menangkal segala macam bahaya dan dapat dipercaya memperlancar segala urusan baik ekonomi maupun lainya. 


Kemudian terkait tradisi Ganti Langsesendiri menurut Suyitno secara gamblang menerangkan asal-usul Palenggahan Agung Srigati maupun tradisi Ganti Langse itu sendiri. Suyitno secara tuntas menerangkan asal mula dari keberadaan Palenggahan Agung Srigati. Menurutnya sejarah mencatat keberadaan Srigati di Alas Ketonggo erat kaitanya dengan masa runtuhnya Kerajaan Majapahit kala itu dibawah Prabu Brawijaya V. 


Suyitno mengutip pernyataan Gusti Pangeran Dorodjatun dari Kasunanan Surakarta tahun 1974 ketika itu mendatangi Alas Ketonggo sesuai mata bathinya atau hasil penerawanganya mengatakan didekat lokasi Tempuran Pesing ada Punden Krepyak Syeh Dombo. Di punden itu mendasar keterangan Pangeran Dorodjatun saat itu dapat dikaitkan dengan riwayat perjalanan atau lengsernya Prabu Brawijaya sebelum muksa di puncak Gunung Lawu. 

Di Punden Krepyak Syeh Dombo yang sekarang dikenal Punden Srigati itu ditengarai Prabu Brawijaya melepaskan baju kebesaranya dengan dilanjutkan siram jamas di Kali Tempur yang berada kurang lebih 200 meter dari Punden Srigati. Setelah siram jamas sebagai bentuk penyucian diri lalu Prabu Brawijaya bersemedi/berdoa dan mendapatkan satu petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa untuk pergi ke puncak Gunung Lawu secara Islam dengan gelar Sunan Lawu. 


Histori itu kata Suyitno masih mengutip pernyataan dari Pangeran Dorodjatun, bahwa Alas Ketonggo pada dasarnya mempunyai riwayat keterpaduan dengan Kerajaan Majapahit. Hal itu sesuai survey Pangeran Dorodjatun yang diawali dari wilayah Trowulan Mojokerto sampai Alas Ketonggo berlanjut ke puncak Gunung Lawu. 


Sedangkan Tradisi Ganti Langse dimulai dan dilaksanakan sejak tahun 1988 oleh Mbah Somodarmojo Kepala Desa Babadan saat itu. Intinya GantiLangse merupakan bentuk perwujudan atas sebuah harapan kepada Tuhan yang Maha Esa sebagai harapan baru akan perjalanan hidup menuju ketentraman dan kesejahteraan. 


Untuk pelaksanaan tradisi Ganti Langsememang dilaksanakan setiap bulan Muharam/Suro tepat pada bulan purnama dalam hal ini jelas tanggal 15 hitungan bulan Hijriyah tanpa melihat hari maupun weton pasaran dalam hitungan penanggalan Jawa. (pr)




Ritual Ganti Langse Tradisi Paten Untuk Srigati

Ritual Ganti Langse Tradisi Paten Untuk Srigati


SIGAPNGAWI || Ritual budaya Ganti Langse Palenggahan Agung Srigati di Alas Ketonggo, Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, selama dua tahun terakhir berubah warna dan sentuhan berbeda tanpa meninggalkan budaya aslinya. Ganti Langse sebelum Pemkab Ngawi melalui Disparpora mengakusisi tradisi tahunan dari pemerintah desa setempat memang kemasanya biasa.

Kini, tradisi Ganti Langse disajikan cukup fenomenal dan spetakuler sejak tahun 2017 lalu dengan suguhan budaya yang merakyat mulai kirab gunungan atau sedekah bumi disusul ruwatan massal berlanjut pada pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Tetapi pada poin utamanya budaya tersebut tidak lain adalah Ganti Langse yang berupa digantikanya kain mori penutup Palenggahan Agung Srigati.

“Sejak dua tahun lalu Ganti Langse ini tidak sekedar proses pergantian kain mori dari yang lama dengan yang baru. Tetapi kita kemas yang lebih menarik lagi,” terang Rahmad Didik Purwanto Kepala Disparpora Ngawi, Senin, (24/09).

Tujuanya tidak lain untuk menarik pengunjung atau wisatawan lokal maupun asing. Sekaligus memperkenalkan budaya Ganti Langse di Palenggahan Agung Srigati menjadi salah satu destinasi wisata sekaligus mengeksplorasi budaya di Kabupaten Ngawi.

Ditempat yang sama Bupati Ngawi Budi Sulistyono yang kerap disapa Kanang mengharapkan tradisi budaya Ganti Langse akan menjadi mercu suarnya budaya Ngawi. Sama halnya dengan tradisi budaya yang digelar di daerah lain seperti tradisi Maulud di Solo maupun Grebek Suro di Ponorogo.

Untuk kedua kalinya ini tandas Kanang, digelar ruwatan masal gratis yang diikuti puluhan orang dan sedekah bumi berupa gunungan yang diarak oleh ratusan warga masyarakat dari pinggiran desa setempat. Dan tradisi Ganti Langse akan dijadikan agenda tahunan sekaligus salah satu budaya yang paten dari Ngawi.

“Kita berharap Ganti Langse ini menjadi salah satu budaya yang bisa dipatenkan. Dan akan menjadi tradisi tahunan sebagai bukti bahwa Ngawi ini kaya akan budaya,” pungkasnya. (pr)

Kapolres Ajak BEM se- Ngawi Ngopi Bareng di Warung Dipo

Kapolres Ajak BEM se- Ngawi Ngopi Bareng di Warung Dipo


SIGAPGAWI - Kapolres Ngawi AKBP MB. Pranatal Hutajulu, S.H, S.I.K., M.H., bersilaturrahmi dengan anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kabupaten Ngawi dengan mengajak ngopi bareng di warung Dipo di Jalan Diponegoro Kota Ngawi pada hari Minggu (23/09/2018) tadi malam sekira pukul 19.00 WIB.

Selain dihadiri oleh Pejabat Utama (PJU) Polres Ngawi dan anggota BEM se-Kabupaten Ngawi, acara juga dihadiri oleh Dandim 0805 Ngawi Letkol Arh Hany Mahmudi S.I.P.  Adapun susunan acara dalam silaturahmi ini yaitu pembukaan & Doa oleh Kompol Bahrun Nasikin. SAg., MA (Kabagsumda), dilanjutkan dengan ramah tamah.


Selain mengajak ngopi bareng, acara yang dikemas dalam cangkruan Kamtibmas dihadiri dari IAI (INSTITUTE AGAMA ISLAM NGAWI) oleh Ketua Sdr. Miftahul Ihsan, dari STKIP MODERN dihadiri oleh Ketua Sdr. Muhammad Irfan, dari STAIM Kendal dihadiri oleh Ketua Sdr Suhaeni trianti, dari STIT Muhammadiyah Ketua Sdr. Rohmat Abdul lathif, dari Universitas Soerjo Ngawi dihadiri oleh Ketua Sdr. Arofiq, dari Akper Ngawi dihadiri oleh Ketua Sdr. Ervian Ridlo, dari BEM STITI KP Paron dihadiri oleh Ketua Sdri. Syamsiani dan Dari Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ngawi  dihadiri oleh Ketua Sdr. Alipin. Selain masing-masing ketua BEM juga hadir perwakilan anggota BEM di masing-masing BEM yang ada se-kabupaten Ngawi.

Kapolres Ngawi mengawali sambutannya mengucapkan selamat datang dan terima kasih kepada seluruh anggota BEM se-Kabupaten Ngawi yang hadir dalam acara silaturahmi yang kemas dengan acara cangkrukan kamtibmas. Selain itu, Kapolres juga mengajak menjaga talis audaraan agar bisa menjadikan kedamaian di wilayah kabupaten Ngawi.


Mahasiswa sebagai pemuda generasi Bangsa harus ikut serta menjaga keamanan dan keutuhan Bangsa melalui jalur pemikiran dan pendidikan, terhindar dari paham - paham yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 diantaranya paham Radilakisme.

Menghadapi tahun politik, dimana pada tahun depan Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi 5 tahun sekali yaitu Pemilu 2019 serta Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Kapolres mengajak untuk bersama Polisi dan TNI menjaga situasi kamtibmas di Kabupaten Ngawi tetap kondusif dimana peran BEM adalah sangat besar. Selain itu juga ingin menjadikan BEM sebagai salah satu mitra kamtibmas Kepolisian yang bisa memberikan informasi yang berkembang di masyarakat.

"Mari kita berikan yang terbaik untuk Ngawi, rumah kita sendiri ini", ajak Kapolres.


Sementara itu, Dandim 0805 Ngawi yang juga hadir serta memberikan sambutan mengatakan bahwa menyampaikan Ucapan terimakasih pada Polres Ngawi karena telah mengadakan giat cangkrukan Kamtibmas secara rutin dengan sasaran kelompok masyarakat yang dinilai mampu menyampaikan pesan Kamtibmas kepada masyarakat luas.

Kegiatan cangkrukan kamtibmas ini merupakan kegiatan positif yang sangat luar biasa menjelang Pileg dan Pilpres guna menjaga silaturahmi antara pemerintahan dengan Mahasiswa agar NKRI tetap utuh. Generasi saat ini yang dikenal dengan generasi milenial yaitu sebagai penerus bangsa negara diharapkan nantinya dapat menjadi generasi yang baik kedepan.


Jajaran Kodim 0805 Ngawi siap membantu tugas pokok Polri yaitu menciptakan sitkamtibmas yang kondusif di wilayah Kab. Ngawi.

"Negara kita banyak suku, budaya dan bangsa, maka dengan adanya kegiatan seperti ini kedepan dapat menjaga kesatuan persatuan bangsa", ungkap Dandim 0813 Ngawi Letkol Arh Hany Mahmudi S.I.P.


Usai sambutan dari Kapolres Ngawi dan Dandim 0805 Ngawi, acara dilanjutkan sesi tanya jawab dengan perwakilan BEM yang hadir serta ditutup dengan ramah tamah dan foto bersama. (Jfr)



Kamis, 20 September 2018

Besok Sore, Laga Persinga Kontra MPFC Madiun Tanpa Penonton

Besok Sore, Laga Persinga Kontra MPFC Madiun Tanpa Penonton


SIGAPNGAWI || Lanjutan pertandingan Liga 3 PSSI Grup 5 antara Persinga Ngawi antara Madiun Putra FC (MPFC) bakal digelar tanpa penonton atau supporter khususnya pihak MPFC yang digelar di Stadion Ketonggo Ngawi, Sabtu besok, (22/09). Pihak aparat kepolisian sehari jelang laga tersebut mempertemukan kedua supporter di Mapolres Ngawi  untuk menyepakati aturan main yang telah ditentukan.

“Iya hari ini kedua supporter telah dipertemukan. Sesuai hasil kesepakatan pihak MPFC akan bertanding tanpa supporter dari Madiun hanya saja tuan rumah (Persinga Ngawi-red) dihadiri suporternya baik Pastimania maupun GRW,” terang Kapolres Ngawi AKBP MB. Pranatal Hutajulu via selular, Jum’at, (21/09).

Selain itu tandasnya, meski tidak didukung supporter dari tim tamu pihaknya meminta kepada supporter dan pendukung tim tuan rumah untuk tidak membawa senjata tajam, petasan, tongkat atau bambu untuk membawa bendera dan roll paper.  Langkah pengamanan ini diambil supaya tidak terjadi peristiwa yang tidak diinginkan seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Kedua perwakilan supporter tadi telah siap menjaga keamanan dan ketertiban baik jelang laga maupun sesudahnya. Poinya jangan sampai ada gangguan keamanan yang bisa merugikan masyarakat maupun kedua tim bola,” beber AKBP MB. Pranatal Hutajulu.

Terpisah, Dwi Rianto Jatmiko Ceo Manajer Persinga Ngawi dari pengalaman dipartai tandang sebelumnya saat Persinga Ngawi melakoni kontra MPFC di Stadion Wilis Madiun juga tidak dihadiri supporter dari Ngawi. Dengan komitmen itu, ia meminta kepada supporter MPFC baik The Mad maupun GBB untuk tidak menghadiri pertandingan di Ngawi.

“Kita sama-sama membangun komitmen jadi besok itu supporter dari tim tamu agar mentaati semua kesepakatan yang ada. Agar tidak terjadi hal apapun juga,” pungkasnya.

Seperti diketahui di Mapolres Ngawi dilakukan pertemuan antara perwakilan kedua supporter yang difasilitasi oleh Wakapolres Ngawi Kompol Hartono dan Kabagops Polres Ngawi Kompol Rudy Sesunan. Pihak supporter MPFC diwakili Umar Al Faruq, Feri Katon (The Mad) dan Rosyid Ageng Dwi Nugroho (GBB). Sedangkan Persinga Ngawi diwakili Puthut Wijanarko, Pandi Saputro (Pastimania) dan Satya Akas, Pandu dari GRW. (pr)



Tidak Terima Daerah Jadi Penonton Dewan Ngawi Sikapi Empat Persoalan

Tidak Terima Daerah Jadi Penonton Dewan Ngawi Sikapi Empat Persoalan


NGAWI. DPRD Ngawi akhirnya mulai menyadari ada beberapa persoalan yang segera mendapatkan payung hukum agar tidak tumpang tindih dalam merealisasikan nanti. Di Gedung Kesenian, para wakil rakyat ini menggelar public hearing raperda yang menjadi hak inisiatifnya, Kamis, (20/09).



Dihadapan puluhan tokoh masyarakat dan perwakilan LSM, DPRD Ngawi membahas 4 (empat) persoalan strategis yang belum di atur didalam perda. Antara lain tentang Kabupaten Layak Anak, Penyelenggaraan Keolahragaan, Penyelenggaraan Jalan Kabupaten dan Pelayanan Jamaah Haji. 



Sutrisno Ketua Badan Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Ngawi mengamini jika empat pembahasan yang telah diagendakan tersebut selama ini belum diakomodir kedalam perda. Padahal, telah diamanahkan bahwasanya pemerintah daerah (Pemkab Ngawi-red) bisa membuat suatu perda mendasar atau merujuk pada undang - undang.



"Misalkan tentang pelayanan haji selama ini pemerintah daerah sifatnya hanya membantu. Padahal undang - undang memerintahkan kita untuk membuat perda," terang Sutrisno Ketua Bapemperda DPRD Ngawi, Kamis, (20/09).



Satu contoh yang dimaksudkan Sutrisno adalah Undang - Undang Nomor 08 Tahun 2017 tentang Pelayanan Haji. Dimana dalam perundang undangan itu telah diperintahkan setiap daerah untuk menindaklanjuti persoalan haji yang diimplementasikan melalui perda. Padahal kata legislator dari PDIP itu pemberangkatan haji dan semua proses administrasi didalamnya bisa berkaitan langsung dengan APBD. 



Nah, karena belum ada perdanya secara otomatis pemerintah daerah hanya jadi penonton. Tidak sebatas itu persoalan prestasi dibidang keolahragaan juga minim perhatian dari daerah akibat tidak adanya payung hukum. Ujar Sutrisno, semua yang dihasilkan dalam public hearing dalam waktu dekat akan disodorkan ke meja Gubernur Jatim sebelum kembali diparipurnakan. (pr)




Jelang Pengesahan Warga PSHT Ini Himbauanya Dari Ketua Cabang Ngawi

Jelang Pengesahan Warga PSHT Ini Himbauanya Dari Ketua Cabang Ngawi



NGAWI - Sugeng Hariyono Ketua Cabang Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Ngawi menjelang tahun pengesahan 2018 ini menghimbau untuk mentaati semua peraturan lalu-lintas bagi para calon warganya. Menyusul, mulai 20 September - 07 Oktober 2018 mendatang para calon warga PSHT akan mengikuti proses pengesahan di Cabang PSHT Ngawi.


"Kami harapkan semua calon warga maupun warga PSHT ketika berangkat maupun pulang dari kegiatan pengesahan yang dimulai nanti malam untuk mentaati semua peraturan lalu-lintas. Jangan sampai membuat kegaduhan yang sekiranya mengganggu kenyamanan masyarakat," ujar Sugeng Hariyono, Kamis, (20/09).


Tegasnya, apapun alasanya sebagai warga PSHT harus santun dan menjadi contoh perilakunya ditengah masyarakat. Jangan sampai menggunakan kendaraan sepeda motor dengan berboncengan lebih dari dua orang , knalpot di brong demikian juga tanpa helm. Sebaliknya, setiap warga maupun calon PSHT harus menjadi tauladan dan memberikan situasi yang nyaman ketika pelaksanaan pengesahan berlangsung.


Dibenarkan Sugeng, untuk jumlah total calon warga PSHT Cabang Ngawi sebanyak 3.662 orang dari 19 ranting. Proses pengesahaanya sendiri terbagi atas 10 gelombang. Untuk gelombang pertama 20 September 2018 bakal diikuti 385 calon warga dari 2 ranting yakni Kasreman dan Kwadungan. (pr)




Menelusuri Jejak Hitam Kuburan Massal PKI '65 Di Kedungwaru

Menelusuri Jejak Hitam Kuburan Massal PKI '65 Di Kedungwaru



NGAWI. Waktu masih menunjukan pukul 16.45 WIB pada Kamis sore, (20/09), situasinya memang kurang begitu cerah langit terlihat mendung. Bersama dua rekan Mas Tanto dan Mas Yono saya bertamu ke rumah Mbah Iswanudin yang usianya sekitar 70 tahun di Dusun Kedungwaru, Desa Katikan, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi. 


Agak sedikit canggung untuk mengorek keterangan dari Mbah Iswan sapaan akrab Iswanudin. Beberapa kali ditanya tentang sejarah kelam PKI tahun 1965 ia terlihat gugup dan terkesan ketakutan. Entah apa yang dirasakan atau dilihat pada masa itu oleh Mbah Iswan. Setelah diyakinkan kalau toh sebatas mencari jejak kuburan massal PKI tanpa maksud lain ia pun mulai membuka diri.


Sambil menghela nafas duduk di kursi tamu, Mbah Iswan bercerita sesuai yang dilihat saat itu yakni pembantaian massal terhadap orang-orang yang dianggap terlibat gerakan PKI. Menurutnya, secara keseluruhan orang yang dibantai dilokasi sawah dekat rumahnya ada 120 orang. Hanya saja yang ia lihat dengan mata telanjang ditahun 1965 ada 40 orang.


Tuturnya, puluhan orang tersebut dibunuh dengan cara dibacok memakai klewang (pedang-red) dengan mata terbuka tanpa ditutup. Dalam kondisi seperti itu para korban langsung dimasukan kedalam lubang bekas galian emas seluas 2 meter dengan kedalaman 2 meter. Menurut Mbah Iswan, para algojo atau orang yang membantai berasal dari pemuda Ansor.


"Waktu itu saya masih muda yang dibacok itu ya ada pria juga ada perempuan (Gerwani-red) dan persis yang saya lihat ada 40 an orang. Tapi saat itu totalnya ada 120 orang mereka dikubur kedalam dua lubang," terang Mbah Iswan.


Bebernya, dari sebagian orang-orang PKI yang dibantai ada yang ditembak oleh tentara saat itu. Sebelum di eksekusi mereka dikumpulkan dekat lubang yang dipersiapkan dengan pengawalan ketat. Kata Mbah Iswan, saat kejadian dirinya ditugaskan untuk mengawal para calon korban menuju tempat eksekusi dengan bersenjatakan sebilah pedang. Hanya saja identitas orang-orang PKI yang dibantai sama sekali tidak dikenalnya baik nama maupun alamat.


Setelah membeberkan cerita kelam tersebut dengan langkah pasti ia mengajak ke suatu tempat dimana sebagai lokasi kuburan massal. Sayangnya, dilokasi yang disebutkan Mbah Iswan tidak ada tanda sama sekali sebagai kuburan massal. Sekarang ini lokasi kuburan itu diatasnya ditanami padi oleh petani setempat. Dengan kondisi seperti itu kurang pas kalau toh tidak ada papan atau penunjuk tentang lokasi kuburan massal. Padahal jika dirunut para korban yang dianggap PKI oleh pemerintah saat itu jelas mempunyai ahli waris dan keturunan.


Ditulis : D. Purwanto.